Yess.. lulus SD.. masuk SMP.. seragam putih-hijau.. (maklum aku sekolah di sekolah Islam, jadi seragam SMP-nya putih-hijau, bukan putih-biru).. Ciee, bukan anak kecil lagi nih, ceritanya..
Eits, minggu pertama masuk, langsung ketemu Penataran P4 dan Masa Orientasi, berkenalan dengan kakak-kakak kelas... Lohhh?? Kok kakak-kakak kelas ini pada galak-galak amat ya? Ortu di rumah aja kayaknya kalah galak deh??!!
Di akhir bulan pertama sekolah, memilih eks-kul sendiri.. wets, gaya! Kalo dulu pas SD pilihannya cuma antara Pramuka dan beberapa cabang olah raga, sekarang banyak pilihan lain.. hmm.. berhubung aku pengen banget ngerasain kemping.. yaaa, akhirnya pilih Pramuka lagi juga sih, hihihi...
Itu bagian yang 'agak' serunya..
Nah yang bikin puyengnya ada juga..
Soal pelajaran, mulai 'berkenalan' sama yang namanya SKS! Duh, amit-amit.. kenapa Matematika harus termasuk pelajaran yang SKS-nya gede sih?? Trus.. tiap pelajaran ada PR, ada ulangan dadakan, ada formatif, ada ulangan umum/semesteran, ada ulangan perbaikan, dll.. Ditambah lagi, percobaan di lab yang diambil nilainya..
Cangkok pohon gagal, nilai jelek.. Percobaan di lab gagal, nilai jelek.. Aduh mak! Perasaan udah ngikutin petunjuk di LKS (Lembar Kerja dan Soal), kok ya masih gagal juga? Nanya sama teman di kelas.. lah, pada ikut bingung.. kenapa hasilnya beda-beda, 'kan LKS-nya sama??!! Nah loh?
Waktu SD dulu, kayaknya tiap topik bisa dibahas sebulan penuh. Setelah di SMP, pertemuan pertama guru menerangkan, pertemuan kedua percobaan, pertemuan ketiga ulangan dadakan atau formatif. Kemudian, nilainya dicatat. Baca dari buku cetak dan catatan kadang-kadang rasanya masih tetap gak ngerti tapi udah harus siap untuk ulangan dadakan!
Untungnya, seminggu sekali ada eks-kul.. ketemu sama teman-teman yang tidak sekelas, ditambah kakak-kakak kelas yang punya hobi sama. Sambil latihan Pramuka, iseng-iseng tanya kanan-kiri, soal cangkok pohon, soal percobaan di lab.. ternyata, ada juga yang 'ngerti' dan bisa nerangin.. Eh, ada kakak kelas yang bersedia berbaik hati menemani waktu mengulang percobaan mencangkok.. Ah, lega juga..
Akhirnya, tiba juga waktunya kemping.. biasanya sekitar 2 minggu sebelum ulangan umum semesteran. Sibuklah seluruh anggota eks-kul mempersiapkan bawaan kemping. Apalagi pesan dari para pembina bunyinya, "Di perjalanan nanti, ada jalan yang tidak bisa dilalui bis/truk, jadi semua bawaan harus bisa kalian bawa sendiri!"
Sampai di lokasi kemping, bangun tenda rame-rame, gali parit dan mindahin barang-barang dari truk ke tenda. Setelah selesai masak dan makan malam, ngobrol-ngobrol dengan teman satu regu di dalam tenda. Ada yang panik nilai Matematika-nya jeblok, ada yang bingung sama Bahasa Inggris, ada yang pusing sama Fisika.. wah, ternyata aku bukan satu-satunya yang lagi panik menjelang ulangan umum!
Akhirnya, kita sepakat, setelah kemping mau ngumpul lagi dan belajar sama-sama..
Awalnya, bingung juga mau minta ijin sama ortu di rumah. Biasanya pergi kemana-mana selalu diantar, ini pergi sama teman-teman naik kendaraan umum. Tapi, ternyata dikasih ijin! Wow! Beda ternyata kalau sudah SMP! Pesan ortu di rumah cuma, "Kalau ternyata teman-teman batal, jangan paksakan pergi sendiri ya!"
Emang juga gak berani deh, pergi jauh-jauh sendiri.. hihihi...
Dua minggu penuh, kita belajar sama-sama, sekalian keliling dari rumah satu anggota regu ke yang lain. Seru juga. Belajar selesai, sekaligus lulus materi mengenal alam sekitar dari pembina Pramuka, karena 'berkelana' ke rumah-rumah teman membuat kita jadi mengerti rute bis kota ke berbagai area di Jakarta.
Setelah ulangan umum selesai, eh, ternyata jadi kangen main rame-rame lagi. Akhirnya, janjian ke rumah salah seorang teman, untuk mengisi liburan. Di sana, kita rame-rame dengerin musik, baca majalah dan.. masak rame-rame.. coba-coba menu sederhana untuk kemping berikut..
Ternyata seru. Apalagi, setelah itu, diakui lulus materi memasak sehat dari pembina Pramuka! Waktu itu rasanya keren banget!
Tidak terasa, tiba-tiba saja, sudah masuk semester 2 kelas 3 SMP. Eks-kul sudah harus ditinggalkan. Masing-masing siswa mulai mencari-cari les pelajaran untuk latihan soal-soal EBTA dan EBTANAS. Aku dan teman-teman satu regu Pramuka tidak bisa masuk les yang sama karena lokasi rumahnya berbeda-beda dan lumayan berjauhan, juga pelajaran yang harus 'diasah' berbeda-beda.
Mulailah 'memaksakan' diri untuk bergerak sendiri sesuai dengan kebutuhan pelajaran masing-masing dan lokasi les yang dekat dari rumah.
Itulah masa SMP yang aku ingat.. belajar untuk masuk ke lingkungan baru, mengenal orang-orang baru, membawa diri di hadapan orang-orang lain. Selain itu juga belajar untuk bisa meminta bantuan dari orang lain dan mencari penyelesaian untuk masalah yang kita hadapi.
Dalam tulisan ini, mungkin terasa sederhana, tapi, seluruh perasaan, emosi dan pikiran yang kalut pada saat itu, adalah sesuatu yang terasa berat dan menakutkan! Sedikit saja ekspresi atau kata-kata dari guru atau orang tua yang kurang mengena di hati kita, bisa membuat semangat jadi buyar gak karuan..
Perubahan dari masa kanak-kanak di SD, menjadi seorang remaja di SMP bukanlah sesuatu yang bisa dilalui dengan mudah. Ada yang sukses di akademis tapi harus 'berjuang' di urusan sosial. Ada juga yang sukses di bidang sosial, tapi akademisnya mengalami penurunan dibandingkan waktu SD.
Salah 'terapi' dari pihak guru atau orang tua bisa-bisa membuat si remaja, bukannya merasa lebih nyaman, tapi malah merasa tambah terbebani. Begitu nilai akademisnya jeblok, orang tua langsung mendaftarkan si remaja ke les pelajaran dari sejak kelas 1 SMP. Trus, demi mengejar hobi, si remaja harus juga ikut kursus ini dan itu. Hari-hari penuh perjuangan dan hampir tanpa istirahat..
Sesungguhnya, dinamika perkembangan remaja saat memasuki masa SMP hanyalah suatu proses. Guru dan orang tua sebaiknya jangan panik menghadapi tantangan remaja SMP. Perhatikan dulu apa yang sebenarnya yang jadi masalah dan diskusikan pilihan solusinya dengan si remaja. Fisik, pikiran dan emosi remaja SMP berkembang secara unik untuk masing-masing orang. Ada yang emosinya lebih cepat stabil dibanding fisik dan pikirannya, ada yang pikirannya lebih cepat, ada yang fisiknya lebih cepat. Penurunan nilai akademis bisa jadi hanyalah sesuatu yang sementara sifatnya, begitu juga sifat minder di pergaulan.
Memaksa remaja SMP untuk langsung mengejar akademis sejak dari semester 1 kelas 1 SMP kemungkinan besar tidak akan membantu banyak perkembangannya secara keseluruhan karena mungkin akar permasalahannya bukan di situ. Tapi, terlalu lama mengobservasi dan menunggu juga bisa-bisa membuat masalah jadi berlarut-larut.
Masa SMP adalah awal dari proses menuju dewasa. Perubahan yang terbesar adalah kalau waktu SD seorang anak masih senang diatur orang tuanya, setelah masuk SMP, dia mulai merasa 'tersinggung' kalau apa-apa selalu diatur. Yang paling diperlukan oleh remaja SMP adalah kemampuan untuk mengenali diri sendiri dan konsep prioritas. Saat si remaja sudah bisa melihat kelebihan dan kekurangan dirinya, dia akan bisa menentukan skala prioritas pribadinya dengan lebih tepat. Setelah itu, barulah si remaja bisa diperkenalkan dengan pilihan-pilihan untuk membantunya mencari solusi bagi hal-hal yang dianggapnya sebagai masalah atau tantangan.
Pendekatan yang tepat dari pihak keluarga dan sekolah bisa membuat remaja SMP merasa lebih nyaman dalam melalui proses pendewasaan dirinya dan lebih menghargai dirinya. Pada akhirnya, rasa nyaman dan menghargai diri sendiri akan membuat seorang remaja terpacu untuk maju dan segan untuk melakukan hal-hal yang bisa merusak dirinya sendiri.
No comments:
Post a Comment